Mataram, 16/2 (Antara) - Upaya menjadikan kawasan pariwisata
eksklusif Mandalika Resort, di Pulau Lombok bagian selatan, Nusa
Tenggara Barat, telah diawali dengan peresmian dimulainya pembangunan
(groundbreaking) kawasan pariwisata terpadu, oleh Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono, pada 21 Oktober 2011.
Saat itu, Presiden
Yudhoyono mengungkapkan keinginannya menjadikan kawasan Mandalika Resort
itu sebagai ikon baru MICE (Pertemuan, Insentif, Konvensi, dan
Pameran), yang nantinya menjadi kebanggaan tidak hanya masyarakat NTB
tetapi juga masyarakat Indonesia.
Kawasan Mandalika Resort pun
masuk dalam Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi
Indonesia (MP3EI) yang dicanangkan Presiden Yudhoyono, pada pertengahan
2011.
Dalam MP3EI, NTB berada dalam koridor yang sama dengan
Provinsi Bali dan Nusa Tenggara Timur (NTT) yang memprioritaskan
pembangunan di bidang pariwisata dan pangan.
Karena itu, pada
momentum "grounbreaking" kawasan Mandalika Resort, Presiden
menginstruksikan upaya percepatan dan perluas pembangunan kawasan
pariwisata terpadu itu, agar kelak menjadi salah satu ikon pariwisata
nasional, bahkan dunia di masa mendatang.
Kawasan Mandalika
Resort seluas 1.175 hektare itu akan dikembangkan menjadi kawasan wisata
eksklusif yang diharapkan mampu mendatangkan jutaan wisatawan setiap
tahun.
Mandalika Resort terletak di sebelah selatan
Pulau Lombok, atau sekitar 50 kilometer dari Kota Mataram. Jaraknya dari
Bandara Internasional Lombok (Lombok) yang berada di Tanak Awu,
Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah, tidak lebih dari 10 kilometer,
atau sekitar 30 menit perjalanan.
Untuk menggerakan
pengembangan kawasan Mandalika Resort itu, pemerintah pusat
mempercayakan BUMN PT Pengembangan Pariwisata Bali atau Bali Tourism
Development Coorporation (BTDC).
Hanya saja, setelah 14 bulan
pascaperesmian dimulainya pembangunan kawasan Mandalika Resort, belum
juga terlihat proyek fisik di kawasan tersebut, meskpun saat
"grounbreaking" manajemen BTDC dan sejumlah investor nasional
menandatangani MoU kerja sama pemanfaatan lahan kawasan Mandalika itu.
Investor itu, antara lain MNC Group, PT Gobel Internasional, PT Rajawali.
MNC Group melalui PT Global Land Development akan membangun taman
terpadu sebagai bagian dari rencana investasi pengembangan kawasan
wisata Mandalika, berupa disneyland, taman bawah air dan taman teknik.
MNC Group itu juga akan melengkapi kawasan itu dengan serkuit Formula
1, ruang pleno untuk penyelenggaraan konser, dan pelabuhan laut untuk
kapal pesiar dan pesawat laut.
Sementara Gobel Group berniat
membangun fasilitas-fasilitas berteknologi ramah lingkungan seperti
pengolahan air (water treatment), pengelolaan air limbah, solar system
dan kegiatan ramah lingkungan lainnya.
Gobel juga akan
memanfaatkan sebagian lahan di kawasan wisata Mandalika untuk
pembangunan hotel dan vila, serta "hight end resort".
Sedangkan
Rajawali Group melalui PT Canvas Development akan membangun dan
mengembangkan hotel dan vila, serta "hight end resort" di Tanjung Ann.
Karena itu, Pemerintah Provinsi NTB beserta Pemerintah Kabupaten Lombok
Tengah bahu-membahu melobi dan mendesak realisasi pengembangan kawasan
pariwisata terpadu Mandalika itu.
DPRD NTB pun dua kali
membentuk pansus terkait Mandalika Resort itu, agar ada tekanan politis
untuk mempercepat realisasinya.
Kendala
Manajemen BTDC berdalih, terulurnya realisasi fisik hingga lebih dari
setahun itu, antara lain disebabkan oleh faktor keamanan, berbagai izin
prinsip, naskah dokumen amdal yang belum dibereskan pemerintah daerah,
hingga belum sempurnanya 'master plan' dan DED (Detail Engineering
Design).
BTDC juga berlindung dibalik alasan usulan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika yang belum rampung.
Selain itu, BTDC juga mengklaim kekurangan dana sehingga mengupayakan
pinjaman dana dari Bank Dunia. Direncanakan pengembangan kawasan
Mandalika Resort menelan dana diatas tiga miliar dolar AS atau setara
dengan sekitar Rp27 triliun.
Sebagian besar dana pengembangan
kawasan Mandalika itu bersumber dari investor mitra yang digalang BUMN
PT BTDC. Namun, sekitar 250 juta dolar AS (sekitar Rp2,2 triliun)
bersumber dari BUMN Indonesia, dan yang diupayakan BTDC.
BTDC
kemudian berupaya mendapatkan pinjaman dari Bank Dunia, terutama untuk
dana permulaan sekitar Rp500 miliar, yang antara lain untuk pembangunan
jalan lingkungan dalam kawasan Mandalika Resort.
Jalan
lingkungan itu dipandang penting untuk ditata lebih awal karena akan ada
pembangunan sirkuit F1 dalam kawasan Mandalika Resort itu.
Selain itu, untuk penataan bahu jalan untuk pejalan kaki, jaringan
listrik diluar tanggungan PLN dan saluran pembuangan air limbah
(wastewater treatment).
Untuk pengembangan kawasan pariwisata
mandalika seluas 1.175 hektare, dibutuhkan sedikitnya tiga lokasi
"wastewater treatment". Berbeda dengan kawasan pariwisata Nusa Dua,
Bali, seluas 300 hektare yang hanya membutuhkan satu lokasi.
Alasan lainnya, yakni lahan perorangan yang totalnya mencapai 135
hektare yang bersinggungan dengan di kawasan Mandalika Resort, yang juga
harus dibebaskan.
Seiring dengan perjalanan waktu, hingga
memasuki 2013 belum juga ada proyek fisik di lokasi, Pemprov NTB dan
Pemkab Lombok Tengah, mulai gusar dan keraguan terhadap manajemen BTDC
sebagai "lead" investor pengembangan Mandalika Resort, mulai tampak.
Bahkan, Pansus DPRD NTB yang membidangi percepatan pembangunan
Mandalika Resort, menuding BTDC tidak becus. Bahkan, sempat mengancaman
akan mencari pengganti BTDC.
"Kalau BTDC tidak becus, kita
(NTB) cari investor lain sebagai penggerak pengembangan Mandalika," kata
Sekretaris Pansus DPRD NTB Ruslan Turmuji, dengan nada keras.
Dalam berbagai pertemuan koordinasi, baik yang difasilitasi Pemprov NTB,
maupun Pemkab Lombok Tengah, hingga mendatangi markas BTDC di Nusa Dua
Bali, BTDC selalu menjadi sorotan utama.
Kendati demikian,
manajemen BTDC juga terus berupaya meyakinkan semua pihak bahwa langkah
pengembangan kawasan Mandalika Resort masih berjalan sesuai rencana.
Investor Prancis
BTDC makin optimistis pengembangan Mandalika Resort itu segera
terwujud, ketika berhasil mendatangkan Henri Giscard d'Estain, putra
dari mantan Presiden Perancis periode 1974-1981 Giscard d'Estaing,
selaku pemilik Club Méditerranée atau yang lebih dikenal dengan Club
Med, ke kawasan Mandalika Resort, 21 Januari 2013.
Henri
bersama CEO Club Med Asia Tenggara Heidi Kunkel, beserta konsultan dan
desainer hotel eksotis dari Perancis, melihat langsung lokasi
pengembangan Mandalika Resort.
Komisaris Utama PT MNC Land Tbk
Budi Rustanto, dan Presiden Direktur PT Gobel Internasional Rahmat
Gobel, juga mendampingi pengelola operator hotel dan restoran berkelas
dunia itu.
Di hadapan Gubernur NTB TGH M Zainul Majdi dan
pejabat lainnya, Henri menyatakan bersedia bermitra dengan PT BTDC, PT
MNC Land Tbk dan PT Gobel Internasional, untuk membangun dan mengelola
hotel eksotik di kawasan Mandalika.
"Sekarang bagaimana memulai
proyek ini dengan serius dan berkualitas, dan BTDC sudah buat resort di
Bali, MNC Land yang sudah berpengalaman dalam mengembangkan area dan
berkelas internasional, dan Globel Internasional yang juga pemain utama
di negeri ini," ujarnya.
Henri juga mengungkapkan bahwa Club
Med amat mementingkan mitra bisnis, sehingga dimana pun akan menggeluti
usaha perhotelan dan resort itu, perusahaan Perancis itu tetap
mengutamakan kualitas mitra.
"Kami dari Club Med sebagai
operator internasional di bidangnya, sangat penting untuk mendapatkan
partner yang sesuai dengan pengalaman yang sudah banyak dan mampu
bekerja sama. Dimana pun kami berada kami ingin selalu yang terbaik di
setiap negara," ujarnya.
Di Indonesia, Club Med sudah
beraktivitas sejak 30 tahun silam, dengan resort pertama yakni Club Med
Bali dan tergolong paling sukses, kemudian yang yang kedua Club Med Ria
Bintan, di Provinsi Kepulauan Riau, yang relatif dekat dengan Singapura,
yang pengelolaannya dimulai sejak 13 tahun lalu, dan juga suskes.
"Bila kami sudah berhasil membuat dua Club Med di Indonesia yakni Bali
dan Ria Bintan, maka mengapa tidak membuat yang ketiga (di Lombok),"
ujarnya, sembari mengutarakan niatnya untuk membuat model pemilik
pengembangan resort yang unik di Lombok.
Sementara investor
yang akan segera mengembangkan kawasan pariwisata terpadu di Mandalika,
mengharapkan dukungan maksimal dari unsur pemerintah, baik pusat maupun
provinsi dan kabupaten hingga kecamatan.
"Jujur saja kami
mengharapkan dukungan maksimal dari pemerintah, karena kawasan ini akan
menjadi suatu kawasan pariwisata kelas dunia," kata Komisaris Utama PT
MNC Land Tbk Budi Rustanto.
Pada kesempatan yang sama, Presiden
Direktur PT Gobel Internasional Rahmat Gobel mengatakan, pihaknya akan
secara bersama-sama dengan MNC dan Club Med, akan menyiapkan destinasi
turis yang berkelas dunia di Pulau Lombok.
"Ini merupakan bagian
dari komitmen kami untuk investasi guna mendatangkan turis
sebanyak-sebanyak ke daerah ini. Mungkin kawasan ini akan menjadi 'Smart
Resort" terbaik di dunia," ujarnya.Segera realisasi
Sehari pascapeninjauan lokasi di kawasan Mandalika, Club Med, PT MNC
Land Tbk dan PT Gobel Internasional, menandatangani perjanjian kerja
sama pengembangan kawasan Mandalika yang diberi nama "Mandalika Smart
Resort", dalam pertemuan tindaklanjut di Jakarta.
MNC Land dan
Gobel Internasional juga sepakat mengalokasikan anggaran sebesar Rp600
miliar untuk membangun hotel berbintang diserta fasilitas pendukungnya
seperti lapangan golf dan fasilitas lainnya, di kawasan Mandalika.
MNC dan Gobel Internasional yang mendanai pembangunan hotel berbintang
dan fasilitas pendukungnya, yang nantinya dikelola Club Med.
Direktur Pengembangan PT BTDC Edwin Darmasetiawan mengatakan, dari
kemajuan yang ada diyakini realisasi fisik pengembangan kawasan
pariwisata terpadu di Mandalika, dapat dimulai Maret 2013.
Edwin
mengatakan, banyak hal sudah dilakukan semenjak "groundbreaking kawasan
Mandalika, dan kini sudah BTDC sudah mengantongi beragam izin, seperti
izin lingkungan, dan studi kelayakan lapangan, sebagai dasar untuk
memulai aktivitas fisik di lapangan.
Areal kawasan Mandalika
yang diserahkan dalam bentuk Hak Pakai Lahan (HPL) kepada BTDC seluas
1.175 hektare. Dari luasan itu, areal seluas 1.035 hektare dipastikan
tidak bermasalahan dari aspek kepemilikan lahan.
Namun, di
kawasan Mandalika itu, juga terdapat lahan milik perorangan namun
bersinggungan dengan areal kawasan Mandalika yang hendak dikelola BTDC
beserta investor mitranya.
Lahan milik perorangan itu letaknya secara masiv di sejumlah lokasi namun jika ditotalkan mencapai 135 hektare.
"Dari 1.175 hektare itu, areal sekitar 400 hektare yang akan
dimanfaatkan lebih dulu. Itu di bagian tengah kawasan Mandalika. dari
400 hektare itu, ada sekitar 50 hektare lahan yang masih merupakan milik
perorangan, itulah yang mau dibebaskan nanti," ujarnya.
Untuk
tahap awal, akan dibangun dua unit hotel berbintang dan fasilitas mewah
lainnya seperti lapangan golf, oleh dua investor nasional MNC Land dan
Gobel Internasional.
Selain itu, Lipo Group juga berminat
membangun dua unit hotel mewah di kawasan Mandalika, dan satu unit hotel
lainnya oleh investor lain.
"Jadi, dalam dua tahun ke depan
akan dibangun lima unit hotel berbintang disertai fasilitas mewah,
termasuk lapangan golf," ujar Edwin.
Edwin pun berharap, segala
yang menjadi kendala pengembangan kawasan pariwisata terpadu Mandalika
Resort itu dapat dituntaskan, dan dukungan semua pihak
Rabu, 20 Februari 2013
KEHADIRAN PARIWISATA EKSKLUSIF "MANDALIKA SMART RESORT"
Posted on 03.05 by Unknown
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar