Quintel Blogger theme

A free Premium Blogger theme.

Rabu, 20 Februari 2013

Ditemukan ganja di NTB

Dunia penuh dengan barang haram yang sanga trend terebut katanya sih ini lah aksi penyelundupan yang dilakukan oleh masyarakat  .Wakapolres Mataram, Jeki Rahmat Mustika (kiri) menunjukkan barang bukti ganja kering yang diamankan di Mapolres Mataram, NTB, Minggu (3/2).Sat Narkoba Polres Mataram berhasil mengamankan seorang pemilik paket ganja kering berinisial S sebanyak 49 bal dengan total berat 45,67 kg saat dilakukan penggerebekan dirumahnya di lingkungan Kebon Bawak, Kelurahan Kebon Sari, Kecamatan Ampenan

KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN


Sejumlah pengunjukrasa membawa poster saat melakukan unjukrasa di depan kampus IAIN Mataram, NTB, Kamis (14/2). Puluhan pengunjukrasa yang tergabung dalam " Koalisi Perempuan NTB Damai" mengkampanyekan "One Billion Rising" yakni gerakan global hentikan segala bentuk kekerasan terhadap perempuan di seluruh dunia, menurut data Komnas Perempuan selama tahun 2009 terdata sebanyak 1.262 kasus dan tahun 2010 hingga Agustus sudah tercatat sebanyak 586 kasus kekerasan terhadap perempua

HANDPHONE ILEGAL NTB

HANDPHONE ILEGAL
apa jadinya indonesia jika masyrakatnya tidak sadar akan apa yang mereka perbuat ini satu lagi postinga saya tentan masalah yang sangat merebak luas di dunia moderen ini. Tidak heran jika semua masyrakat jaman sekarang mengikuti trend yaitu munculnya berbagai jenis HP canggih kelas dunia. Masyrakat tidak habis akal untuk menyelundupkan barang yang tidak ada ijinya itu
cekidott  .........
Kapolda NTB, Brigjen Pol M Iriawan (3 kanan) menunjukkan "handphone" ilegal yang berhasil diamankan saat dilakukan ekpose di Polres Mataram, NTB, Kamis (14/2). Pihak Polres Mataram berhasil mengamankan sejumlah 17 koper berisi 4428 buah handphone jenis Iphone dan Blackberry tanpa memiliki surat-surat resmi yang didatangkan dari Singapura melalui Bandara Internasional Lombok (BIL) yang rencananya akan diedarkan di Jakarta melalui transportasi darat

MENRISTEK TINJAU LOKASI PEMBANGUNAN KAMPUS UTS

postingan gue kalin ini tentang  ilmu dan teknologi Menristek Gusti Muhammad Hatta, meninjau lokasi pembangunan kampus Universitas Teknologi Sumbawa (UTS), yang berlokasi di kaki gunung Olat Maras, Desa Batu Alang, Kecamatan Moyo Hulu, Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB), yang dijadwalkan 16 Fabruari 2013.
     "Siang ini Menristek dan rombongan tiba di Bandara Internasional Lombok, kemudian melanjutkan penerbangan ke Pulau Sumbawa, dan keesokan harinya ke kampus UTS," kata Kabag Humas dan Protokoler Setda NTB Tri Budiprayitno, di Mataram, Jumat.
     Ia mengatakan, informasi resmi dari pejabat terkait di Kemenristek, selain meninjau lokasi pembangunan kampus UTS, Menristek juga akan menjadi pembicara utama pada seminar sehari yang digelar di kampus itu.
     Materi yang akan disampaikan berkaitan dengan rancangan pengembangan iptek dan kawasan Indonesia Timur.
     "Menristek juga akan didampingi sejumlah pejabat teras di kementerian itu, meskipun kunjungannya hanya sehari," ujarnya.
     Pejabat teras di Kemenristek itu yakni Deputi Bidang Sumber Daya Iptek Prof DR Freddy Permana Zen, Asisten Deputi Pengembangan Kelembagaan Dr Andika Fajar, dan Asisten Deputi Data dan Informasi Iptek Agus Setiadi.
     Pada 8 Januari 2013, Menteri Perdagangan (Mendag) Gita Wirjawan yang berkesempatan meninjau lokasi pembangunan kampus UTS, guna melihat langsung progres pembangunan kampus UTS, perguruan tinggi yang nantinya melahirkan generasi muda paham teknologi, dan diharapkan mampu melahirkan produk atau karya nyata dan membanggakan daerah.
     Mendag juga mendorong UTS menghasilkan produk hasil teknologi yang diharapkan dapat diperdagangkan atau masuk pasar nasional, atau bahkan internasional.
     Pembangunan kampus UTS itu sedang berlangsung, yang dimulai sejak peletakan batu pertama pada 21 Mei 2012, oleh Gubernur NTB TGH M Zainul Majdi, dan inisiator UTS  Dr Zulkieflimansyah, serta Bupati Sumbawa Jamaluddin Malik.
      Zulkieflimansyah merupakan putra daerah NTB asal Sumbawa, yang masih menjabat Ketua Dewan Pengurus Pusat (DPP) Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang juga Wakil Ketua Komisi XI DPR.
     Semula perguruan tinggi itu diberi nama Sekolah Tinggi Teknik dan Teknologi Sumbawa (STTTS), yang kemudian diubah menjadi UTS dengan berbagai pertimbangan.
     Upaya menghadirkan UTS itu merupakan bagian dari upaya menjawab persoalan rendahnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) masyarakat NTB secara umum.
     Apalagi Sumbawa merupakan daerah dengan tingkat sumber daya pertambangan mineral yang cukup banyak.
     Direncanakan, diawal tahun ajaran nanti UTS hanya akan menyelenggarakan kuliah tambang dan metalurgi. Berikutnya tehnik kimia, dan mesin, kerjasama dengan fakultas teknik pertambangan di UI.
     Namun, hanya 10 lulusan terbaik di seluruh SMA yang ada di Sumbawa dan akan diberikan beasiswa penuh sampai rampung studinya.
    Tidak jauh dari lokasi pembangunan kampus UTS itu atau sekitar satu kilometer, tepatnya di Desa Batu Alang, juga akan dibangun Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Samawa (STIES).
     Kedua sekolah tinggi masa depan bagi masyarakat Sumbawa itu  berada persis di kaki gunung Olat Maras, Desa Batu Alang, Kecamatan Moyo Hulu, Kabupaten Sumbawa

Sabut Kelapa Dari LImbah



  Mataram, 9/1 (ANTARA) - Puluhan tahun silam sabut kelapa menjadi limbah yang cukup merepotkan petani, karena pada setiap musim panen kulit bagian luar buah kelapa itu menumpuk, tidak dimanfaatkan.
     Kalau dibiarkan terlalu lama akan menjadi tempat bersarangnya ulat atau ular.
      Kalaupun dimanfaatkan, "kambut" (sabut kelapa) itu sekedar untuk membuat api unggun di pagi hari dan memanggang singkong sambil menghangatkan badan ketika musim dingin tiba. Itupun hanya sedikit, sehingga biasanya petani membakar tumpukan sabut kelapa agar kebun kelapa tidak terlihat kotor.
     Sebagai salah satu sentra perkebunan kelapa di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), Kabupaten Lombok Utara menghasilkan sabut kelapa terbesar di Pulau Lombok. Produk sampingan buah kelapa itu menjadi limbah yang cukup merepotkan petani.
     Namun sejak beberapa tahun ini sabut kelapa itu menjadi komoditas yang bernilai ekonomis tinggi. Para perajin bata merah atau genteng membeli sabut kelapa untuk bahan bakar tungku pembakaran mata merah atau genteng.
     Produk sampingan dari kelapa itu juga dijadikan bahan baku pembuatan keset atau tali. Namun penyerapan sabut kelapa untuk bahan bakar tungku pembakaran bata merah dan genteng itu juga relatif sedikit.
     Sejak lima tahun terakhir permintaan sabut kelapa itu meningkat drastis menyusul beroperasinya dua pabrik pengolahan sabut kelapa di Desa Sigar Penjalin, Kecamatan Pemenang dan Jambanim, Desa Medana, Kecamatan Tanjung, Kabupaten Lombok Utara.
      Pabrik pengolahan sabut kelapa di Desa Sigar Penjalin dioperasikan PT Multi Megah milik seorang pengusaha dari Jakarta, sementara yang berlokasi di Dusun Jambianom, Desa Medana adalah PT Kaisun.
      Produk yang dihasilkan dari komoditas perkebunan itu, antara lain berupa serat sabut kelapa atau "coco fiber" untuk bahan baku industri bernilai ekonomi tinggi, seperti spring bed, matras, sofa, bantal, jok mobil, karpet dan tali.
      Sedangkan serbuk sabut kelapa atau "coco peat" lebih banyak digunakan sebagai media tanam pengganti tanah  dan pupuk organik
      H Abdurrahman Sewet, seorang pengusaha kelapa di Dusun Telok Dalem, Desa Medana mengatakan, sejak beberapa tahun terakhir sabut kelapa cukup laris terutama sejak beroperasinya dua pabrik pengolahan sabut kelapa.
      Ia mengaku menjual satu truk sabut kelapa seharga Rp200.000 hingga Rp250.000. Kalau muatan truk lebih banyak harganya Rp250.000 per truk, sementara kalau muatan normal harganya Rp200.000.
      "Perajin bata merah dan genteng biasanya memilih sabut kelapa kering dan mereka meminta agar muatan truk banyak. Saya menjual dengan harga Ro250.000, sementara untuk pabrik biasanya memilih sabut kelapa yang belum kering dan masih berwarna hijau," katanya.
      Selain menjual sabut kelapa sendiri Abdurrahman juga membeli dari petani lain dengan harga Rp100.000 per truk, kemudian dijual lagi dengan harga Rp200.000 hingga Rp250.000 per truk.
      Pengusaha kelapa sarjana lulusan Fakultas Peternakan, Universitas Mataram (Unram) ini mengaku bisa menjual puluhan truk per hari baik untuk pabrik pengolahan sabut kelapa maupun bahan bakar tunggu pembakaran genteng dan bata merah.
      "Sekarang ini sabut kelapa tidak lagi menjadi limbah yang merepotkan petani, tetapi barang yang bernilai ekonomis tinggi. Bahkan sabut kelapa yang telah diolah menjadi serat dan serbuk itu dijual ke berbagai negara," kata pengusaha kelapa yang cukup sukses itu.
       Kepala Bidang Perdagangan Luar Negeri, Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi NTB Hj Baiq Noviana Indiari mengatakan, pengiriman hasil olahan sabut kelapa tersebut akan dilakukan oleh PT Kaisun selaku eksportir yang sudah menjalin kemitraan dengan pengusaha China.
      
            Ke China
     "Informasi yang kami peroleh dari PT Kaisun, pengiriman perdana sabut kelapa ke China akan dilakukan mulai Januari 2013. Sekarang investor lokal itu sedang menyiapkan operasional mesin pengolah sabut kelapa," katanya.
     Investor lokal yang melirik potensi sabut kelapa di Pulau Lombok tersebut, mendatangkan dua unit mesin pengolah sabut kelapa dari China. Perusahaan itu akan menyerap sabut kelapa dari Kabupaten Lombok Utara dan Kabupaten Lombok Timur.
      Dua kabupaten itu merupakan sentra produksi kelapa terbesar di NTB. Namun  belum bisa dipastikan berapa volume serabut kelapa yang akan dikirim oleh PT Kaisun dan berapa harga pembelian di tingkat petani.
      "Kami belum bisa memastikan berapa besar permintaan China dan seberapa besar kesanggupan PT Kaisun memenuhi permintaan. Rencananya nanti kami akan koordinasi lagi sebelum mereka mengirimkan produk perdana," ujarnya.
      Menurut dia, potensi sabut kelapa yang melimpah belum dimanfaatkan secara maksimal oleh para petani menjadi produk bernilai ekonomi. Hal itu disebabkan pengetahuan petani yang masih relatif kurang.
      Dengan adanya peluang pasar sabut kelapa di berbagai negara itu, maka komoditas perkebunan itu bisa memberikan tambahan pendapatan bagi para petani kelapa yang selama ini hanya menjual dalam bentuk kelapa butiran.
       "Hampir semua turunan kelapa memiliki nilai ekonomi, tidak hanya isinya. Daun kelapa, batok kelapa juga bernilai ekonomi tinggi. Tinggal bagaimana petani memanfaatkan peluang itu," ujarnya.
       Secara nasional sebenarnya pemasukan yang bisa diraih hanya dari sabut kelapa itu sangat besar terutama jika produk olahan kelapa di kirim ke luar negeri.
    
            Rp13 triliun
    Asosiasi Industri Sabut Kelapa Indonesia (AISKI) memperkirakan, Indonesia kehilangan potensi pendapatan dari sabut kelapa mencapai Rp13 triliun per tahun.
     Angka ini diperoleh dari perhitungan jumlah produksi buah kelapa Indonesia yang mencapai 15 miliar butir per tahun, dan baru dapat diolah sekitar 480 juta butir atau 3,2 persen per tahun.
       Setiap butir sabut kelapa rata-rata menghasilkan serat sabut kelapa atau dalam perdagangan internasional disebut coco fiber sebanyak 0,15 kilogram dan serbuk sabut kelapa atau coco peat sebanyak 0,39 kilogram.
      Harga penjualan "coco fiber" di pasar dalam negeri berkisar Rp2.000- Rp2.500 per kilogram, dan "coco peat" berkisar Rp1.000-Rp1.500 per kilogram.
       Demikian diungkapkan Ketua Bidang Penelitian dan Pengembangan AISKI Ady Indra Pawennari, usai melakukan pertemuan dengan beberapa perusahaan pengirim "coco fiber" dan "coco peat" asal China, Singapura, dan Malaysia belum lama ini.
       "Ini fakta yang sangat memprihatinkan. Kita kehilangan potensi pendapatan sekitar Rp13 triliun per tahun dari sabut kelapa yang dibakar dan dibuang oleh masyarakat. Semua ini terjadi karena ketidakberdayaan dan kurangnya pengetahuan mereka, akan manfaat sabut kelapa. Karena itu, pemerintah harus bergerak dan AISKI siap diajak kerjasama," ujarnya.
       Menurut Ady, sabut kelapa pada sebagian masyarakat pesisir Indonesia adalah sampah yang harus dimusnahkan, dibuang dan dibakar pada saat musim kemarau. Kendati demikian di tangan orang-orang kreatif, sabut kelapa yang tidak berguna itu  dapat diolah menjadi bahan industri yang bernilai ekonomi tinggi.
       Berdasarkan catatan AISKI, Indonesia walaupun merupakan negara penghasil buah kelapa terbesar di dunia, namun belum banyak berperan dalam pangsa pasar ekspor raw material sabut kelapa untuk kebutuhan dunia. Indonesia hanya mampu memasok sabut kelapa sekitar 10 persen dari kebutuhan dunia. Sementara Srilanka dan India memasok di atas 40 persen

AUSTRALIA TERBITKAN "TRAVEL ADVISORY" KE GILI TRAWANGAN

Mataram, 20/2 (ANTARA) - Asosiasi Biro Perjalanan Wisata Indonesia atau Association of the Indonesian Tours & Travel Agencies (ASITA) Nusa Tenggara Barat (NTB) mengatakan, Pemerintah Australia menerbitkan "travel advisory" atau imbauan untuk mempertimbangkan kunjungan Gili Trawangan.
     "Memang ada 'travel advisory' itu tapi tidak mengganggu usaha travel yang beroperasi di wilayah NTB, karena umumnya wisatawan Australia langsung dari Bali ke Gili Trawangan menggunakan kapal cepat atau kapal pesiar," kata Ketua ASITA NTB Agus Mulyadi, di Mataram, Rabu.
     Agus mengatakan, "travel advisory" ke Gili Trawangan itu pun bersifat imbauan dan sudah menjadi kewajiban pemerintahan suatu negara, untuk melindungi warga negaranya, yang merujuk kepada kasus yang ada.
     Pemerintah Australia merujuk kepada kematian turis remaja asal Australia Liam Davies (19) akibat minuman keras yang dikonsumsi pada malam Tahun Baru 2013.   
     Davies meninggal dunia di Rumah Sakit Sir Charles Gairdner, Perth, Australia, 6 Januari 2013, setelah beberapa hari kritis. Remaja kelahiran Selandia Baru itu dilarikan dari Pulau Lombok, NTB, ke Perth, sehari setelah menjalani pemeriksaan di salah satu rumah sakit di Kota Mataram. 
     Davies diduga keracunan metanol, bahan kimia yang biasa digunakan untuk keperluan industri. Ia diserang nyeri lambung dan kepala serta muntah-muntah, hingga kritis dan meninggal.
     "Travel advisory" itu diterbitkan atas desakan orangtua dan sanak keluarga Davies di Australia dan Selandia Baru yang meminta negaranya menyikapi permasalahan tersebut, hingga Konjen Australia di Denpasar, Bali, Brett Farmer menemui Pemerintah Provinsi NTB dan pihak terkait lainnya.
     Farmer datang bersama Wakil Kedutaan Besar Selandia Baru untuk Indonesia Ian Brownlies, dan menghadiri pertemuan koordinasi di Aula Dinas Kesehatan Provinsi NTB, di Mataram, 17 Januari 2013.
     Saat itu Farmer banyak mendapat informasi terkait kematian turis remaja Australia itu, namun Pemerintah Australia kembali meminta penjelasan secara tertulis, sehingga Konjen Australia itu mengirim surat resmi berisi sejumlah pertanyaan penting kepada Pemerintah Provinsi NTB.
     "Tentu kami berharap, 'travel advisory' itu segera berlalu, meskipun sementara ini usaha travel lokal di wilayah NTB aman-aman saja. Masih banyak wisatawan yang menggunakan jasa travel yang tergabung dalam ASITA NTB," ujarnya.
     Menurut Agus, berkurangnya kunjungan wisatawan Australia sejak dua bulan pertama 2013, tidak terlepas dari "travel advisory" itu. Namun, penurunan kunjungan wisatawan ke NTB saat ini juga karena sedang masa "low season".
     Ia optimistis, masih banyak wisatawan Australia yang menganggap kematian Davies sebagai kasusistik, bukan karena NTB tidak aman atau Gili Trawangan yang tidak lagi diminati wisatawan mancanegara.
     "Masih ramai kunjungan wisatawan di Gili Trawangan, itu hanya imbauan saja, dan nanti juga semua orang Australia pahami substansi permasalahannya," ujar Agus yang mengkoordinir sebanyak 141 usaha biro perjalanan wisata itu.
     Sebelumnya, Kepala Dinas  Perhubungan Pariwisata Komunikasi dan Informasi Kabupaten Lombok Utara Sinar Wugiyarno mengatakan, kunjungan wisatawan Australia ke Gili Trawangan dan gili lainnya anjlok pasca kematian Davies, berkurang secara drastis.
     "Penurunannya sangat tajam, dari 70 persen menjadi sekitar lima persen saja," ujar Sinar.
     Sinar menduga, anjloknya kunjungan wisatawan Australia ke lokasi wisata andalan Lombok Utara dan NTB yakni Gili Trawangan, Gili Meno, dan Gili Air, akibat gencarnya pemberitaan media massa di Australia, terkait kematian Davies, turis remaja Australia itu.
     Objek wisata Gili Trawangan dikunjungi sekitar 40 ribu orang wisatawan setiap tahun, dan dua gili lainnya yakni Gili Meno dan Gili Air dikunjungi sekitar 20 ribu wisatawan setiap tahun.
     "Informasi yang kami ketahui, semenjak kematian Davies, media-media massa di Australia hampir setiap hari memberitakan masalah itu, dan memojokkan kita (NTB). Karena itu, dampaknya kunjungan wisatawan Australia turun tajam dan sekarang hanya sekitar lima persen saja," ujarnya.
     Sejumlah pelaku usaha pariwisata di tiga gili itu, juga mengaku kehilangan omset yang cukup banyak akibat berkurangnya jumlah wisatawan Australia.        
     Tiga distributor minuman keras berizin yang beroperasi di lokasi wisata andalan NTB itu, juga mengaku lesu. Ketiga distributor minuman keras itu yakni Marina, Bintang Indah dan UD Tanpa Nama.
      "Saat ini, ada 14 unit usaha yang mengantongi izin perdagangan minuman keras di wilayah Kabupaten Lombok Utara. Sebanyak sembilan izin di tiga gili itu, dan lima izin lainnya diluar gili itu. Pemegang izin mengaku omsetnya anjlok, karena wisatawan Australia berkurang drastis," ujar Sinar

INVESTOR PENGEMBANGAN MANDALIKA SEGERA BEBASKAN LAHAN PERORANGAN

NVESTOR PENGEMBANGAN MANDALIKA SEGERA BEBASKAN LAHAN PERORANGAN
     Mataram, 14/2 (Antara) - Investor yang diberi kewenangan untuk mengembangkan kawasan pariwisata terpadu di kawasan Mandalika, Pulau Lombok bagian selatan, Nusa Tenggara Barat (NTB) segera membebaskan lahan perorangan, agar tidak menjadi batu sandungan di kemudian hari.
     "Menurut rencana, Jumat (15/2) akan dibahas dan mudah-mudahan langsung direalisasi pembebasan sekitar 50 hektare dari 135 hektare akan perlu dibebaskan," kata Direktur Pengembangan PT Pengembangan Pariwisata Bali (BTDC) Edwin Darmasetiawan, yang dihubungi dari Mataram, Kamis.      Ia mengatakan, areal kawasan Mandalika yang diserahkan dalam bentuk Hak Pakai Lahan (HPL) kepada BTDC seluas 1.175 hektare, yang akan dikembangkan menjadi salah satu ikon pariwisata nasional, bahkan dunia di masa mendatang.
     Dari 1.175 hektare itu, areal seluas 1.035 hektare dipastikan tidak bermasalahan dari aspek kepemilikan lahan.
     Namun, di kawasan Mandalika itu, juga terdapat lahan milik perorangan namun bersinggungan dengan areal kawasan Mandalika yang hendak dikelola BTDC beserta investor mitranya.
     Lahan milik perorangan itu letaknya secara masiv di sejumlah lokasi namun jika ditotalkan mencapai 135 hektare.
     "Dari 1.175 hektare itu, areal sekitar 400 hektare yang akan dimanfaatkan lebih dulu. Itu di bagian tengah kawasan Mandalika. dari 400 hektare itu, ada sekitar 50 hektare lahan yang masih merupakan milik perorangan, itulah yang mau dibebaskan Jumat nanti," ujarnya.
     Menurut Edwin, selain BTDC perwakilan PT MNC Land dan PT Gobel Internasional juga akan hadir dalam pertemuan pembebasan lahan seluas 50 hektare itu. Tempatnya direncanakan di Kantor Badan Pertanahan Nasional NTB," ujarnya.
     MNC dan Gobel Internasional merupakan investor mitra dari BTDC yang sudah menandatangani perjanjian kerja sama pengembangan kawasan mandalika, pada 21 Januari 2013.
     BTDC merupakan BUMN yang dipercayakan mengembangan kawasan Mandalika, setelah sukses mengembangkan kawasan pariwisata terpadu Nusa Dua, Bali.
     PT MNC Land merupakan bagian dari MNC Group, yang dalam kiprahnya selama dua dasawarsa telah berhasil menempatkan dirinya sebagai salah satu pengembang terkemuka di Indonesia.
     Sedangkan PT Gobel Internasional yang merupakan salah satu perusahaan pengembang terkemuka di Indonesia.
     Untuk tahap awal, akan dibangun dua unit hotel berbintang dan fasilitas mewah lainnya seperti lapangan golf, oleh dua investor nasional PT MNC Land Tbk dan PT Gobel Internasional.
     Edwin juga mengungkapkan bahwa Lipo Group juga berminat membangun dua unit hotel mewah di kawasan Mandalika, dan satu unit hotel lainnya oleh investor lain.
     "Jadi, dalam dua tahun ke depan akan dibangun lima unit hotel berbintang disertai fasilitas mewah, termasuk lapangan golf," ujarnya.
     Penjelasan tersebut telah diungkapkan Edwin pada rapat koordinasi di Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemparekraf) di Jakarta, Selasa (12/2).
     Rapat koordinasi itu digelar, saat Tim Panitia Khusus (Pansus) DPRD Provinsi NTB yang membidangi percepatan pembangunan kawasan Mandalika, berkunjung ke gedung Sapta Pesona Kemparekraf.
    Tim Pansus DPRD NTB itu berjumlah 20 orang, yang dikoordinasikan ketua dan sekretaris pansus Misbach Mulyadi dan H Ruslan Turmuji. Dua orang Wakil Ketua DPRD NTB yakni H Lalu Moh Syamsir dan Lalu Khalid Iskandar, juga menjadi bagian dari tim pansus itu.
     Rapat koordinasi itu dipimpin Direktur Perancangan Destinasi dan Infrastruktur Pariwisata Kemparekraf Lokot Ahmad Endah, yang kemudian digantikan oleh Sekretaris Ditjen Pengembangan Destinasi Kemparekraf Hengky Hermantoro, karena Lokot hendak menghadiri pertemuan lain.
     Direktur Pengembangan PT Pengembangan Pariwisata Bali (BTDC) Edwin Darmasetiawan, juga hadir dalam rapat pemantapan pendirian STP Mandalika.
     Dalam pertemuan tersebut, tim Pansus DPRD NTB mendesak BTDC beserta investor mitranya agar segera melakukan aksi nyata di lapangan, yang menandakan pengembangan kawasan mandalika tidak hanya sebatas rencana.